Beranda | Artikel
Syarat Diterimanya Amal
Kamis, 18 Januari 2018

Khutbah Pertama:

الحمد لله الكريم الوهاب ، الغفور التواب ، وأشهدُ أن لا إله إلا اللهُ وحده لا شريك له ، يحب من أطاعه ويجزل له الثواب ، وأشهد أنَّ محمداً عبدُه ورسوله ، خير البرية وأفضل من إلى الله أناب ؛ صلى الله وسلم عليه وعلى الآل والأصحاب. أما بعد أيها المسلمون : اتقوا الله ربكم ، وراقبوه في جميع طاعاتكم وعباداتكم ، وسلوا الله قبول أعمالكم؛ فإن الله عليم بالمتقين .

Ayyuhal mukminun,

Betapa agungnya upaya perbaikan diri seorang hamba yang bertakwa kepada Rabbnya dan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya. Yang demikian merupakan syarat diterimanya amalan seseorang. Syarat diterimanya perbuatan taat. Allah Jalla wa ‘Ala tidak menerima amal dari setiap orang. Dia hanya menerima amal seorang yang bertakwa, ikhlas, tulus, dan baik dalam menyikapi perintah Allah. Kemudian mencontoh teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” [Quran Al-Maidah: 27].

Jadi, takwa merupakan syarat diterimanya amalan seseorang.

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Kehidupan ini merupakan tempat ujian bagi seorang hamba. Siapa di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلً

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” [Quran Al-Mulk: 2]

«أخلصه وأصوبه» ، قيل يا أبا علي وما أخلصه وأصوبه؟ قال : «إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يُقبل، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل ، حتى يكون خالصا صوابا ، والخالص ما كان لله ، والصواب ما كان على السنة»

Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan, “(maksudnya adalah) yang paling ikhlas dan paling benar.” Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali, apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal, jika ia ikhlas, tapi tidak benar, ia tak akan diterima. Demikian juga kalau seandainya benar, tapi tidak ikhlas, tidak juga diterima. Sampai amal tersebut ikhlas dan benar. Ikhlas adalah amal yang diperuntukkan hanya kepada Allah. Dan benar adalah yang sesuai dengan sunnah.”

Karena itulah, Umar bin al-Khattab berucap dalam doanya:

اللهم اجعل عملي كله صالحا ، ولوجهك خالصا ، ولا تجعل لأحد فيه شيئ

“Ya Allah, jadikanlah amalanku semuanya menjadi amal shaleh. Ikhlas berharap wajahmu. Dan jangan kau jadikan di dalamnya untuk seseorang pun walau sedikit.”

Ayyuhal mukminun,

Kedua hal tadi, ikhlas dan benar, merupakan konsekuensi dari dua kalimat syahadat. Kalimat syahadat laa ilaah illallah maksudnya adalah mengikhlaskan amal hanya untuk Allah Azza wa Jalla. Tidak boleh berhadap kepada selain Allah walau sedikit saja. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” [Quran Al-Bayyinah: 5].

Apabila syarat ini tidak terdapat dalam suatu amalan, maka amalan tersebut tertolak dan tidak akan diterima. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعيى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.” (HR. Muslim no. 2985).

Ibadallah,

Kemudian syarat diterima amal yang kedua adalah mengikuti teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah konsekuensi dari syahadat kita, asy-hadu anna Muhammad rasulullah. Makna syahadat ini adalah membenarkan semua yang nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan, menaati apa yang dia perintahkan, menjauhi segala yang dia larang, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan yang beliau tuntunkan. Apabila salah satu dari dua syarat amal ini tidak ada, amalan tersebut tertolak. Amalan tersebut tidak akan diterima. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada keterangannya dari kami, maka amal tersebut tertolak.”

Dalam riwayat lain,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ)

“Siapa yang membuat sesuatu yang baru dalam agama kami, yang tidak ada keteragan darinya, maka ia tertolak.”

Ayyuhal mukminun,

Suatu kewajiban dalam setiap amal ketaatan kita untuk senantiasa bersemangat dalam menjaga dua syarat yang agung ini. Karena kedua syarat ini merupakan sesuatu yang asasi. Tidak akan diterima amal ketaatan kecuali dengan keduanya. Harus terdapat ikhlas dan harus sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah yang dimaksud dengan hakikat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang beramal dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” [Quran Al-Ahzab: 70-71].

Ibadallah,

Perhatikanlah amalan Anda, apakah sudah memenuhi kedua kriteria ini. Apabila dua kriteria ini sudah terpenuhi, barulah ia dikategorikan dalam firman Allah:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” [Quran Al-Maidah: 27].

Mereka bertakwa kepada Allah karena telah ikhlas dalam amal ketaatannya. Mereka tidak berharap kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah. Mereka hanya menginginkan ridha Allah. Kemudian mengikuti petunjuk Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ayyuhal mukminun,

Sesungguhnya bagian terbesar dalam permasalah ibadah adalah seseorang sangat berharap amalnya diterima oleh Allah Ta’ala. Bersamaan dengan kesungguhannya tersebut, ia tetap tidak terlalu percaya diri dan mengklaim diri sebagai orang suci. Bersamaan dengan kesungguhannya dalam memperbaiki ibadah, ia tetap menghadirkan rasa takutnya kepada Allah. Inilah adab orang-orang shaleh. Allah Jalla wa Ala menerangkan sifat seorang mukmin dengan firman-Nya:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” [Quran Al-Mukminun: 60].

Dari Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata:

سألتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم عن هذه الآية قلت يا رسول الله أهو الرجل يزني ويسرق ويخاف أن يعذب؟ قال : ((لا يا ابنة الصديق ، ولكنه الرجل يصلي ويصوم ويتصدق ويخاف ألا يُقبل))

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat ini, ‘Wahai Rasulullah, apakah mereka orang yang berzina dan mencuri sehingga mereka takut akan adzab?’ Beliau menjawab, ‘Tidak wahai putri ash-Shiddiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang mengerjakan shalat, puasa, dan bersedekah, mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima’.”

Contoh lainnya adalah kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau memiliki amalan agung yaitu membangu Ka’bah atas perintah Allah. Setelah itu, ia berdoa kepada Allah memohon agar bersedia menerima amalannya.

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.” [Quran Al-Baqarah: 127].

Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini. Dari Wuhaib bin al-Warad rahimahullah bahwa beliau membaca ayat ini kemudian menangis. Ia berkata:

خليل الرحمن ، ويبني بيت الرحمن ، بأمر الرحمن ، وهو خائف أن لا يقبل

“Seorang kekasih Allah, melakukan amalan membangun rumah Allah, atas perintah Allah, kemudian ia takut kalau amalnya tidak diterima.”

Ayyuhal mukminun,

Mari kita bersungguh-sungguh mengajak diri kita untuk memperbaiki amal. Bersamaan denga itu, kita juga bersungguh-sungguh mengajak diri kita untuk berharap agar Allah menerima amalan kita. Jangan sampai kita mensucikan diri kita sendiri. Jangan kita merasa apa yang telah kita lakukan sudah pasti diterima. Allah Ta’ala berfirman,

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [Quran An-Najm: 32].

Sahabat yang mulia, Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata,

لأن استيقن أنَّ الله تقبل مني صلاة واحدة أحب إلي من الدنيا وما فيها

“Kalau aku tahu dengan pasti bahwa Allah menerima satu shalat saja dariku, hal itu lebih aku cintai dari dunia dan segala apa yang ada di dalamnya.”

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menerima amal shaleh kita. Memperbaiki agama kita yang merupakan pokok urusan kita. Memperbaiki dunia kita yang merupakan tempat tinggal kita. Dan memperbaiki akhirat kita yang merupakan tempat kembali kita. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan usia kita sebagai penambah kebaikan. Dan menjadikan kematian kita sebagai istirahat dari segala keburukan.

أقول هذا القول وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .

Khutbah Kedua:

الحمد لله كثيرا ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين .

أمَّا بعد أيها المؤمنون: اتّقوا الله تعالى ،

Ibadallah,

Ketauhilah bahwa takwa itu sebaik-baik perbekalan yang disiapkan seorang hamba untuk sampai kepada ridha Allah Jalla wa ‘Ala. Takwa sendiri pengertiannya adalah melakukan ketataan kepada Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan berharap pahala dari-Nya. Meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan takut akan adzab-Nya.

Ketauhilah, ucapan yang paling benar adalah ucapan atau firman Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ketauhilah seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang baru dalam agama. Karena sesuatu yang baru dalam agama itu adalah bid’ah. Dan kebid’ahan merupakan kesesatan. Jagalah persatuan karena Allah menaungi persatuan.

وصلُّوا وسلِّموا – رعاكم الله – على محمد ابن عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال : ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وبارك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديِّين ؛ أبي بكرٍ الصديق ، وعمرَ الفاروق ، وذي النورين عثمان ، وأبي الحسنين علي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين ، ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين ، وعنَّا معهم بمنِّك وإحسانك يا أكرم الأكرمين .

اللهم أعزَّ الإسلام والمسلمين ، اللهم انصر من نصر دينك وكتابك وسنة نبيك محمدٍ صلى الله عليه وسلم ، اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في كل مكان ، اللهم كن لهم ناصرًا ومُعينا وحافظًا ومؤيِّدا ، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك ، اللهم إنَّا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك من شرورهم . اللهم آمنَّا في أوطاننا ، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا ، اللهم واجعل ولايتنا فيمن خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين .

اللهم آتِ نفوسنا تقواها ، وزكها أنت خير من زكاها ، أنت وليُّها ومولاها ، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى . اللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات . اللهم اغفر لنا ذنبنا كله ؛ دقَّه وجلَّه ، أوله وآخره ، علانيته وسره . اللهم أنا نسألك بأسمائك الحسنى وصفاتك العليا وبأنك أنت الله لا إله إلا أنت يا من وسعت كل شيء رحمة وعلما أن تسقينا الغيث ولا تجعلنا من القانطين ، اللهم اسقنا الغيث ولا تجعلنا من اليائسين ، اللهم أغثنا ، اللهم أغثنا ، اللهم أغثنا، اللهم إنا نسألك غيثًا مُغيثا ، هنيئًا مريئا ، سحَّا طبقا، نافعًا غير ضار ، عاجلًا غير آجل ، اللهم أغث قلوبنا بالإيمان وديارنا بالمطر ، اللهم إنا نسألك سقيا رحمة لا سقيا هدمٍ ولا عذابٍ ولا غرق ، اللهم أعطنا ولا تحرمنا ، وزدنا ولا تنقُصنا ، وآثرنا ولا تؤثر علينا . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار .

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين .

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4939-syarat-diterimanya-amal.html